ASSALAMUALAIKUM WAROHMATULLOH ...
AHLAN WA SAHLAN WA MARHABAN ....

Join The Community

Subscribe via Email

Minggu, 20 Februari 2011

RISALAH AL MUAWWANAH FASAL 9 & 10

FASAL 9
dan ketahuilah bahwasanya bersegera melakukan kebaikan dan menjaga ibadah, dan selalu melakukan ta’at adalah kebiasaan para Nabi SAW dan para aulia baik dalam awwal maupun akhir perjalanannya.karena sesungguhnya Mereka adalah yang paling ma’rifat / mengenal Allah. Maka tidak mengherankan jika Mereka yang paling bnayak ibadahnya dan paling ta’at dan paling takut kepada Allah Azza wa Jalla. Karena sesungguhnya menghadapnya hamba kepada Tuhannya dan ibadah hamba kepada Tuhannya menurut kadar kecintaannya kepadaNya. Dan sesungguhnya kecintaan itu tergantung dari besarnya ma’rifat´. Maka manakala seorang hamba lebih berma’rifat kepada Allah maka sudah pasti ia lebih bersangatan cintanya kepadaNya dan lebih banyak ibadah kepadaNya.
Apabila engkau disibukkan dengan mengumpulkan harta dunia dan disibukkan pula dengan menuruti hawa sehingga mengesampingkan aurad / dzikir maka berjuanglah agar engkau mempunyai sesaat untuk Tuhanmu pada pagi hari dan satu saat paad sore hari, dimana pada saat itu engkau gunakan untuk bertasbih dan istighfar dan lain-lain dari bermacam-macam keta’atan.
Dan sungguh telah diriwayakan dari Allah Ta’ala sesungguhnya Allah berfirman , “Wahai anak Adam, jadikanlah untukKu satu saat di awwal harimu dan satu saat di akhir hari maka akan Aku cukupi apa yang diantara keduanya.
Dan ada pula keterangan yang menyatakan bahwa sesungguhnya catatan amal perbuatan seorang hamba dihadapkan kepada Allah Azza wa Jalla pada akhir hari. Maka apabila di dapat kebaikan pada awwal hari dan kebaikan pada akhir hari maka allah berfirman kepada malaikat, “hapuslah apa yang diantara keduanya. Yang demikian ini adalah kemurahan Allah kepada kita dan kepada semua manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
FASAL 10
dan wajib bagi kamu untuk berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul dan bergantung kepada keduanya, karena keduanya adalah agama Allah yang kokoh dan jalanNya yang lurus. Barang siapa yang mengambil keduanya, maka ia akan selamat, dan akan mendapat petunjuk dan akan terjaga. Dan barang siapa yang mengabaikannya keduanya, maka akan tersesat dan menyesal dan mengalami kerusakan. Maka jadikanlah keduanya sebagai penunjuk jalan bagimu. Dan kembalilah kepada keduanya dalam segala hal urusanmu dengan niatan melaksanakan wasiyat Allah dan wasiat rasulNya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasul dan pemerintah kamu sekalian. Maka apabila diantara kamu berselisih tentang sesuatu hal maka kembalikanlah urusannya kepada Allah dan kepada RasulNya- artinya kembalikan kepada Kitab dan Sunah. RasuluLlah SAW bersabda, “Aku berwasiat kepadamu dengan sesuatu yang apabila kamu semua berpegangan kepadanya niscaya tidak akan tersesat selamanya – KitabuLlah dan sunnahku. Jika dirimu ingin mendapat petujnuk kepada jalan yang lurus yang tidak ada keraguan di dalamnya, dan engkau menginginkan dirimu dalam keamanan, maka konsentrrasikan segala niatmu dan akhlakmu dan amalmu dan ucapanmu kepada Kitab Allah dan Sunah Nabi SAW. Maka ambilah apa yang sesuai dengan keduanya, dan tinggalkanlah apa yang bertentangan dari keduanya. Dan jalankanlah apa – apa yang ada di dalamnya dan ikutilah kebaikan untuk selamanya dan janganlah engkau mengada-adakan sesuatu di dalam hal agama (bid’ah) dan janganlah engkau mengikuti selain jalan orang mukmin maka engkau akan mengalamii kerugian di dunia maupun di akhirat. Dan yang demikian itu adalah kerugian yang sangat nyata. dan takutlah kamu sekalian akan mengada-adakan perkara agama padahal tidak disyariatkan oleh RasuluLlah SAW, maka sesungguhnya telah bersabda RasuuLLah SAW, “sesungguhnya sesuatu yang diada-adakan adalah bid;ah, dan setiap yang bid’ah adalah tersesat. Dan telah bersabda RasuuLLah SAW barang siapa yang mengada-ada tentang perkara kami, maka sedang kami tiada mengadakannya, maka di tolak . dan bid’ah itu ada tiga macam, bid’ah hasanah, yaitu apa yang disampaikan oleh orang yang bijaksana dari sesuatu yang bersesuaian dengan Kitab Allah dan sunah RasuuLLah SAW karena menginginkan memilih sesuatu yang lebih baik dan lebih bermanfaat . maka yang demikian ini contohnya seperti mengumpulkan Al-Qur’an ke dalam mushaf seperti Abu Bakar, dan salat tarawih dari Umar, dan menertibkan/menyusun mushaf dan dua adzan awwal yang dilakukan oleh sahabat Utsman RA. Yang ke dua adalah bid’ah yang tercela/madzmumah bagi sebagian orang yang zuhud dan qana’ah seperti seperti bermewah-mewahan dalam hal makan dan pakaian, dan rumah/tempat tinggal. Dan yang ketiga adalah bid’ah yang tercela secara mutlak, yaitu apa – apa yang berselisih dengan nash kitab Allah dan sunah RasuuLLah SAW atau berseberangan dengan ijma’ /kesepakatan para alim ulama. Oleh karena itu barang siapa yang belum bisa berpegangan dengan kitab Allah dan mengikuti sunnah RasuuLLah SAW kemudian ia mendakwakan dirinya bahwa ia telah memperoleh suatu kedudukan disisi Allah, maka janganlah mengikutinya meskipun ia memiliki kemampuan terbang di atas udara atau berjalan di atas air, dan dapat menembus batas tempat, dan dapat melakukan hal – hal yang istimewa (khariqul ‘adah), karena yang demikian itu kebanyakan terjadi sebagaimana yang dilakukan oleh syaitan, dan tukang sihir, dan tukang tenung dan ahli nujum dan lain sebagainya dari perbuatan-perbuatan yang menyesatkan. Dan tidak lepas pula dari yang demikian ini suatu istidraj (cobaan) dari Allah.
Adapun orang yang memiliki ilmu dan akal kecerdasan dari orang-orang yang beriman, sungguh mereka mengetahui bahwasanya perbedaan derajad kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya itu tergantung dari pada sejauh mana kesempurnaan dalam mengikuti sunah RasuuLLah SAW. Dan sesungguhnya manakala sempurna dalam hal itba’ sunnah RasuuLLah SAW, tentu semakin sempurnalah kedekatannya kepada Allah SWT.
Dan dalam sebuah riwayat diterangkan bahwasanya Abu Yazid Al-Bustami RA telah berniat untuk menziarahi seorang yang termasyhur pada saat itu dan mereka menganggap sebagai wali Allah. Dan beliau Syaikh Abu Yazid RA. duduk menanti orang itu untuk mengikuti salat berjama’ah. Maka ketika orang itu keluar dan dilihat oleh Syaikh Abu Yazib bahwa ia telah meludah di sudut masjid, maka beralulah Abu Yazid dan meninggalkan orang itu tidak jadi menemui orang tersebut. Kemudian ditanyakan kepada Syaikh Abu Yazid mengapa berbuat demikian, maka beliau menjawab, “Bagaimana seseorang yang percaya kepada Rahasia Allah padahal ia tidak menjaga adab yang baik dalam hal syari’at”.
Sahal bin AbdulLah RA berkata, “Tidak ada penolong kecuali Allah, tidak ada dalil/petunjuk kecuali RasuuLLah SAW, tidak ada bekal kecuali taqwa, tidak ada amal kecuali bersabar kepadanya / amal tersebut, dan ketahuilah bahwasanya tidak akan mampu bagi tiap-tiap orang untuk melaksanakan kitab Allah dan sunah RasuuLLah SAW secara lahir dan bathin dengan sempurna karena yang demikian ini hanya tertentu bagi para ulama yang sangat mencintai Allah dan RasuluLlah SAW. Oleh karena itu jika engkau merasa tidak mampu untuk memahami ataupun melaksanakan Kitab Allah dan sunah RasuluLlah SAW maka wajib bagi kamu untuk kembali / ruju’ kepada orang yang Allah memerintahkan kepadamu untuk kembali kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Fas’aluu ahlajdzdzikri inkuntum laa ta’lamuun” yang artinya, ‘tanyakan kepada ahlinya jika kamu tidak mengetahui”. Dan yang dimaksudkan ahludzdzikri adalah ulama Billah wabidiinihi yang mengamalkan ilmunya karena mencari keridhaan Allah Ta’ala, yang zuhud terhadap dunia, yaitu ulama yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dunia daripada dzikirnya kepada Allah Ta’ala, mereka yang selalu mengajak manusia kepada Allah dengan pandangan hatinya yang terbuka hijabnya akan rahasia-rahasia Allah. Dan sungguh sulitlah didapati seseorang yang berperangai demikian di bumi yang luas ini sehingga para kabaair ulama sepuh menganggap bahwa mereka kehilangan darinya, padahal sesungguhnya yang benar adalah mereka tetap ada akan tetapi Allah Ta’ala telah menutupinya dengan selendang keagunganNya sehingga tidak ada orang yang mengetahuinya. Kebiasaan mereka menyembunyikan diri dari khalayak ramai bahkan orang ramai sama berpaling dari mereka. Maka barang siapa yang berkeras mencarinya (wali Allah tersebut) dengan niat yang benar dan bersungguh-sungguh maka tidak akan kesulitan untuk bertemu dengan salah satu dari mereka – Insya Allah-. Sesungguhnya kesungguhan dan ketekunan adalah pedang yang tiada ia diletakkan pada sesuatu pasti akan terputuslah sesuatu tersebut. Dan bumi Allah tidak akan sepi dan kekurangan dari orang yang menegakkan agama Allah denagn hujahnya. Sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW ,”Tidak henti-hentinya diantara umatku yang selalu menegakkan kebenaran (haq) dan segala sesuatu tidak akan dapat membahayakan mereka sampai Allah meetapkan keputusanNya. Mereka itulah pelita dunia, dan pemegang amanah, dan pewaris para Nabi SAW. Mereka itulah tentara Allah (HizbuLlah) dan ketahuilah sesungguhnya tentara Allah adalah oraang-orang yang beruntung.