ASSALAMUALAIKUM WAROHMATULLOH ...
AHLAN WA SAHLAN WA MARHABAN ....

Join The Community

Subscribe via Email

Senin, 07 Maret 2011

RISALAH AL MUAWWANAH FASAL 15 & 16

FASAL 15
Dan penting bagimu untuk berlama-lama dan memperbanyak duduk di dalam masjid dengan niat i’tikaf. Karena sesungguhnya masjid adalah rumah Allah dan sebaik-baik tempat yang dicintai Allah. Telah bersabda RasuluLlah SAW, “Masjid adalah rumah bagi setiap orang yang bertaqwa”. Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “Jika engkau melihat seseorang memakmurkan masjid, maka saksikanlah bahwa ia adalah orang beriman”. Dan telah berfirman Allah SAW, “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid adalah orang – orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir”. RasuluLlah SAW telah menjanjikan tujuh golongan yang Allah akan memberikan naungan dari ‘ary-Nya kelak di hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah  maka salah satu diantara mereka adalah seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid. Akan tetapi wajib bagimu ketika engkau duduk-duduk di dalam masjid maka jagalah etika dan tatakrama dan cegahlah diri dari memperbanyak pembicaraan (fudhuulil kalaam), terlebih lagi pembicaraan hal haram.
Dan apabila engkau jumpai di dalam masjid suatu pembicaraan tentang urusan dunia, maka suruhlah keluar dari masjid. Dan janganlah engkau sibukkan dirimu di dalam masjid kecuali dalam urusan ibadah semata. Karena sesungguhnya masjid tidak didirikan kecuali hanya untuk ibadah kepada Allah di dalamnya. Dan apabila engkau memasuki masjid maka dahulukanlah kakimu yang sebelah kanan dan ucapkanlah BismiLlah washalaatu ‘ala RasuliLlah. Allahummagh firly dzunuuby waftahly abwaaba rahmatiKa. Dan janganlah sekali-kali engkau duduk sehingga engkau telah melakukan shalat dua reka’at. Jika tidak memungkinkan melaksanakan shalat, maka ucapkanlah do’a SubhanaLlahi wal hamdu liLlah wa laa ilaaha illaLlah waLlahu Akbar 4 (empat) kali. Dan apabila engkau keluar dari masjid, maka dahulukanlah kakimu yang kiri dan ucapkanlah do’a seperti ketika memasuki masjid akan tetapi pada kalimat abwaaba rahmatiKa diganti dengan abwaaba fadhliKa. Dan tambahlah kalimat A’udzu bilLahi minasyaithanirrajiim wa junuudihi.
Dan apabila engkau mendengar suara mu’adzin maka tirukanlah seperti apa yang di ucapkan mu’adzin kecuali pada dua buah kalimat hayya maka jawablah dengan kalimat la haula walaa quwwata illa bilLah. Dan jawablah pada kalimat ashalaatu khairun minannaum pada adzan subuh dengan jawaban shadaqta wa bararta. Dan apabila engkau selesai menjawab panggilan adzan, maka lanjutkanlah dengan membaca shalawat  kepada Nabi SAW kemudian ucapkanlah kalimat Allahumma Rabby hadzihidda’watittaammah washalaatil qaaimah aati Muhammadal washiilah wal fadhiilah wab’atshu maqaamam mahmuuda’lladzii wa’adTaH. Dan perbanyaklah berdo’a antara adzan dan iqamah sebagaimana sabda Nabi SAW ”Do’a diantara dua adzanadalah tidak ditolak . dan termasuk do’a yang dibaca pada saat yang demikian adalah Allahumma inny as alukal ‘afiyah fiddunya wal aakhirah. Dan sungguhntelah datang penjelasan di dalam sunnah tentang do’a tersebut pada waktu-yang lain. Maka penting bagimu dengan do’a ini karena sesungguhnya do’a tersebut termasuk kumpulan / intisari do’a dan lebih utama.


FASAL 16
Dan suatu keharusan bagimu untuk bersegera mempersiapkan diri untuk mengerjakan shalat pada awal waktu sekiranya muadzin belum mengumandangkan adzan pada tiap-tiap shalat fardhu melainkan engkau sudah dalam keadaan berwudhu dan engkau telah hadir di masjid. Jika engkau tidak dapat mengerjakan yang demikian, maka janganlah kurang dari pada mempersiapkan diri ketika mendengar suara adzan. Dan sungguh telah bersabda Nabi SAW, “Keutamaan awwal waktu dibanding dengan akhir waktu seperti keutamaan akhirat atas dunia”. Dan bersabda Nabi SAW, “Awwal waktu adalah keridhaan Allah, dan akhir waktu adalah ampunan-Allah” .
Dan wajib bagimu untuk selalu menjaga sunnah ratibiyah dimana syar’i telah mengajarimu (untuk melakukannya) sebelum maktubah dan sesudahnya dan takutlah engkau bermalas-malasan dengan meninggalkannya. Dan manakala engkau tertinggal (sehingga tidak sempat melaksanakan), maka hendaklah engkau bersegera mengqadha. Dan wajib bagimu untuk bersikap khusyu’ di dalam shalatmu dan dengan hati yang hadir kepada Tuhan dan bagusnya sikap ketika berdiri dan tartil dalam bacaan dan menyempurnakan ruku’ dan sujud dan rukun yang lain-lain dan menjaga sunah-sunahnya dan beretika / tata krama sebagaimana diterangkan dalam syari’at dan menjaga diri dari sesuatu yang mengurangi kesempurnaan shalat. Maka sesungguhnya engkau apabila dapat melakukan hal yang demikian maka hakikat shalat akan keluar dari tubuhmu dalam keadaan putih bersinar dan ia berkata, “Semoga Allah menjagamu sebagaimana engkau menjagaku”. Akan tetapi apabila tidak, maka ahkikat shalat akan keluar dari tubuhmu dalam keadaan hitam legam seraya berkata, “semoga Allah menyia-nyiakan kamu sebagaimana engkau telah menyia-nyiakanku”.
Talah bersabda SAW, “tiadalah bagi seseorang dalam shalatnya melainkan sebatas apa yang ia pikirkan di dalam shalat”. Dan telah berkata Hasan Al-Bashri rahimahuLlah, “Setiap shalat yang tidak disertai hadirnya hati, maka uqubah (siksanya) lebih cepat, dan syaitan sangat menginginkan jika seseorang sibuk memikirkan dunia ketika di dalam shalat, hingga terbuka dalam pikirannya ketika berdiri mengerjakan shalat tentang beberapa kebutuhan hidupnya dan teringat beberapa perkara yang menyusahkan hatinya tentang urusan dunia, padahal yang demikian ini tidak pernah terpikirkan ketika sebelum berdiri mengerjakan shalat. Hal yang demikian inilah yang menyibukkan hati dari mengingat /berdzikir kepada Allah dan hadir di hadapannya oleh karena itu para ulama mensyari’atkan untuk membaca Qul a’udzu biRabbinnas dengan niat untuk menjaga diri dari kejahatan syaitan yang di rajam”.
Dan sebaiknya tidak terus-menerus hanya membaca satu surah tertentu setelah membaca Al-Fatihah kecuali surah-surah yang telah dijelaskan keistimewaannya oleh syara’  seperti Alif laam miim sajdah, dan ayat hal ataa ilal insaan (dalam shalat subuh hari jum’at) dan jagalah engkau untuk membaca surah yang ringkas seperti al-kaafiruun, al-ikhlas, dan mu’awwidzatain ketika engkau menjadi imam. Sebagaimana riwayat bahwasanya sahabat Mu’adz bin Jabal mengimami suatu kaum dengan bacaan surah yang sangat panjang. Akhirnya salah seorang dari mereka mengadu kepada Nabi SAW sehingga Nabi SAW menegur sahabat Muadz RadhiyaLlahu ‘an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar